Revolusi Suriah: Beberapa Skenario Yang
Mungkin Terjadi
Pihak
pejuang Suriah mencapai sukses yang strategis dalam menggeser keseimbangan
pertempuran melawan rezim Bashar al-Assad melalui rencana militer yang disusun
dengan baik berdasarkan taktik perang gerilya. Amerika
Serikat, yang khawatir dengan kemampuan mereka yang mampu melakukan manuver tak
terduga dengan cepat dan tiba-tiba, kemudian mengancam untuk melakukan
intervensi militer secara langsung. Hillary
Clinton, Menlu AS, menyatakan pada 3 Desember 2012, bahwa “kami tentu saja
berencana untuk mengambil tindakan jika kemungkinan [penggunaan senjata kimia]
itu terjadi. ” AS dan negara-negara Barat pada umumnya berusaha
untuk melestarikan pengaruh mereka di Suriah, yang bisa menjamin keterlibatan
mereka agar bisa mengarahkan revolusi untuk mendapatkan hasil yang mereka
inginkan. Rezim Assad mendekati kehancuran total dan ada 4
kemungkinan hasil yang akan diperoleh atas konflik ini.
Ada banyak ideologi yang berbeda
yang terdapat pada pihak para pejuang dari mulai kaum liberal sekuler ekstrim
yang menuntut demokrasi gaya Barat hingga kelompok-kelompok Islam yang menuntut
sebuah negara Islam. Ada banyak faksi-faksi
pejuang di antara kedua kutub spektrum ideologi. Posisi alami
masyarakat Suriah yang konservatif akan menuntut peran Islam dalam rezim
pasca-Assad. Musim Semi Arab telah menunjukkan bahwa ada
kebangkitan dalam dunia Muslim pada umumnya, dimana kelompok mayoritas menuntut
Islam agar bisa memainkan peran yang lebih besar dalam politik.
Suatu studi yang dilakukan oleh
PEW Research Center pada bulan Juli 2012 menyebutkan: “Banyak dari
negara-negara mayoritas Muslim yang disurvei yang menginginkan Islam agar
memiliki pengaruh yang besar dalam politik”. Kecenderungan ini telah memberikan
suatu pengaruh kelompok-kelompok Islam yang lebih besar yang membawa mereka ke
tampuk kekuasaan seperti di Tunisia, Mesir dan Libya. Demikian
pula, pada kelompok-kelompok Islam di Suriah, seperti gerakan Salafi dan
Hizbut-Tahrir, menyerukan didirikannya sebuah Negara Islam, yang merupakan
kemungkinan pertama. Banyak brigade tempur FSA
menunjukkan dukungan mereka atas tujuan ini seperti yang mereka umumkan di
Aleppo, sementara mengkritik koalisi Suriah baru yang sekuler.
Kemungkinan kedua adalah
munculnya demokrasi gaya Barat yang diupayakan oleh faksi-faksi sekuler dan
Ikhwanul Muslimin. Sejak awal pemberontakan, AS
telah berusaha untuk mempengaruhi para pejuang untuk membangun konsensus dalam
situasi seperti itu seperti adanya bermacam-macam dewan di pengasingan yang didukung
dan dibantu untuk dibangun. Pemerintah
Erdogan di Turki merupakan kunci dalam melaksanakan rencana-rencana AS itu.Penolakan AS yang terus menerus untuk memberikan
dukungan mematikan kepada pihak pejuang menunjukkan kegagalan rencana ini
hingga sekarang.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa
mayoritas faksi FSA tidak berdasarkan pada gagasan untuk mendirikan sebuah
negara sekuler. Dalam upaya lain untuk menyatukan para pejuang
di bawah suatu kepemimpinan sekuler, telah diumumkan berdirinya sebuah dewan
lain di Antalya, Turki, pada hari Jumat lalu. AS telah
sangat terus terang ketika mengatakan bahwa hasil yang mereka harapkan bagi
Suriah adalah transisi politik menuju sebuah negara sekuler-demokratis ala
Barat, sehingga AS akan terus mendukung segala upaya yang mengarah pada hasil
tersebut.
Karena hasil-hasil ideal
pertempuran ini belum terwujud dan banyak dari pihak pejuang yang menyerukan
Negara Islam, AS disisakan dengan dua hasil lainnya.Kemungkinan ketiga
adalah intervensi militer langsung seperti yang telah diancamkan oleh Menlu
Clinton. AS mungkin akan menggunakan NATO melakukan
invasi darat, khususnya dengan memakai tentara Turki, namun bisa memanfaatkan
kekuatan multi-nasional penjaga perdamaian PBB sebagai gantinya. Lakhdar al-Ibrahimi, utusan khusus PBB ke
Suriah, menyerukan pasukan PBB untuk menstabilkan Suriah, suatu rencana yang
diterima oleh koalisi Suriah baru melalui jurubicaranya, Walid al-Buni.
Tujuan
kekuatan-kekuatan Barat melalui invasi adalah untuk menghilangkan faksi-faksi
dalam tubuh FSA yang tidak mau mengikuti negara demokratis sekuler, seperti
faksi Jabhat an-Nusra dan faksi Ahrar al-Sham. Masalah yang
ada dengan rencana ini adalah bahwa AS akan mengadu domba penduduk Suriah yang
marah karena rasa puas pihak Barat menentang penduduk yang bersyukur atas
faksi-faksi yang melindungi mereka dari al-Assad. The New York
Times, melaporkan bahwa “pada hari Jumat, demonstran di kota-kota Suriah
sebagian mengangkat spanduk dengan slogan-slogan seperti, “Tolak intervensi
Amerika, kita semua pendukung Jabhat an-Nusra ‘.
AS mungkin menemukan bahwa
intervensi militer adalah mahal secara finansial dan militer selain akan
mendorong masyarakat Suriah lebih jauh kepada faksi Jabhat an-Nusra dan
faksi-faksi Islamis lainnya. Kemudian, hal
ini akan membawa kepada hasil terakhir yang mungkin terjadi dari revolusi
Suriah yang merupakan hasil yang paling berdarah, yakni sebuah pertempuran
bergaya Afghanistan diantara kelompok-kelompok pejuang yang berbeda. AS akan mendukung faksi-faksi FSA yang sekuler dan
memasok mereka dengan dana dan senjata dan membiarkan munculnya perang saudara
diantara pihak yang menghabiskan dua tahun yang mencoba menggulingkan rezim
Assad. AS telah membangun hubungan dengan para pejuang
untuk sementara waktu melalui sebuah kamp pelatihan di wilayah selatan Turki. Salah seorang pejuang dalam faksi sekuler FSA
menyatakan secara eksplisit, “setelah jatuhnya Bashar akan terjadi begitu
banyak pertempuran diantara kelompok-kelompok itu.”
Saat Revolusi Suriah hampir
mencapai tujuan utamanya, yakni runtuhnya rezim Assad, para pejuang harus
menetapkan rencana bagi masa depan negara itu.Suriah, negara yang
letaknya sangat strategis, sangat penting bagi negara-negara Barat yang
memiliki pengaruh atasnya karena negara itu sudah menjadi sebuah negara modern. Jika tujuan negara sekuler tidak tercapai,
mereka siap melakukan berbagai manuver yang berbeda untuk mencegah Suriah
menjadi negara yang independen, yang mungkin berada dalam bentuk intervensi
militer atau perang saudara jangka panjang. Satu-satunya
cara bagi rakyat Suriah untuk membelokkan hasil yang suram ini, adalah dengan
memperoleh kemauan politik mereka sendiri dan mengamankan kemerdekaan melaui
tercapainya konsensus diantara faksi-faksi pejuang yang berbeda.