Balon Galau
Beberapa hari yang lalu-entah kapan-seorang
akhwat dilanda kebingungan. Mungkin bahasa kerennya ‘galau’. Kenapa? Karena
penasaran dengan lagu anak TK yang telah dilupakannya. Saking penasarannya, dia
memburu kebenaran tersebut. Begini kisahnya;
(untuk keamanan, nama akhwat yang
terlibat disamarkan dengan nama pena anak LPM Inqilabi)
Sebut
saja namanya Anak Panah. Anak panah baru selesai menonton acara televise stand up komedi. Salah satu materi yang
disampaikan membuat dia galau.
“Tau
ngga sih, anak Indonesia sudah dibuat galau sejak mereka kecil?” katanya kepada
teman-teman seasrama.
“Dibuat
galau?” Tanya Breakfast dengan alis berkerut.
“Ya.”
Jawab Anak Panah Mantap. Dari gelagatnya, sepertinya dia akan berorasi. “Coba
deh kalian nyanyiin lagu Balonku ada 5? Lagu itu membuat galau.”
Delik
heran. Karena penasaran, dia pun menyanyikan lagu anak TK tersebut. Dengan
suara cemprengnya, dia mulai mengeluarkan suara.
“Balonku ada lima. Rupa-rupa
warnanya. Merah, kuning, kelabu, merah muda dan biru. Meletus balon hijau-“
“DOR!!!”
Anak Panah tiba-tiba menghentikannya. “Warna hijaunya dari mana?!” tanyanya
langsung. Berarti balonnya ada enam, kan? Bukan lima! Galau kan tuh lagu?”
sambungnya.
Entah
kenapa, delapan akhwat yang berkumpul menyanyikan lagu itu bareng-bareng. Dibandingkan
dengan tugas kuliah yang menumpuk, mereka lebih peduli dengan lagu anak TK
tersebut. Mungkin karena masa kecil mereka kurang bahagia.
Akhirnya
ada yang mendapat lampu terang.
“A-ha.
Aku tahu.” Kata Bintul Kalam. “Dengar, ya?” perintahnya. “Balonku ada lima.
Rupa-rupa warnanya. Merah, kuning, kelabu, hijau muda dan biru. Meletus balon
hijau. DOR!” dendangnya dengan suara sumbang yang mengenaskan. “Ada warna
hijaunya, kan?”
“Apanya
yang hijau!” protes Syam’ah Pen. “Yang meletuskan warna hijau. Bukan hijau
muda. Walaupun sama-sama warna hijau, tapi tetap aja beda.”
“Iya.”
Gubris Parangteris. “Masa lagunya jadi; balonku ada lima. Rupa-rupa warnanya.
Merah, kuning, kelabu, hijau muda dan biru. Meletus balon hijau muda, DOR!
Jelek banget, kan?” sambungnya. Tapi, yang lebih jelek lagi adalah suaranya.
Semuanya
ribut. Kamar yang hanya mampu menampung empat orang itu, risuh dengan suara
sumbang akhwat-akhwat yang dibuat galau dengan lagu anak TK. Dan ternyata, lagu
itu jauh lebih menarik dari pada konser Noah 5 negara.
“Dari
pada bingung, lebih baik kita cari lirik aslinya.” Kata Regae mengeluarkan
pendapat. “Siapa pencipta lagunya?” tanyanya kepada yang lain.
Dengan
bantuan mbah google, Regae mencari lirik asli dari balonku ada lima. Dan
akhirnya, liriknya keluar.
Balonku ada lima. Rupa-rupa warnanya.
Hijau, kuning, kelabu, merah muda dan
biru.
Meletus
balon hijau, DOR!
“Oooooo…begitu.”
Kata mereka semua dalam satu suara.
“Segala
sesuatu, memang harus dikembalikan kepada penciptanya.” Celetuk Marjan. “karena
pencipta yang lebih tahu tentang ciptaannya.”
Benar.
Jika lagu balonku ada lima tidak dikembalikan kepada penciptanya, membuat sebagian akhwat Hamfara pada
galau, apalagi yang jangkauannya lebih luas. Lihatlah apa yang terjadi dengan
dunia sekarang. Sistem yang diterapkan didunia tidak dikembalikan kepada
pencipta manusia, membuat bukan hanya sebagian tapi seluruh umat manusia sengsara. Lebih dari galau. Genosida
diRohingya, Rohis dicap teroris, kelaparan dimana-mana, pengangguran seperti
jamur dimusim penghujan, jamaah korupsi lebih banyak dari jamaah sholat jum’at,
prostitusi dilegalkan, pergaulan bebas dianggap wajar dan lainnya.
Dapat
ditarik kesimpulan, jika ingin membuat dunia ini sejahtera-bukan hanya
dirasakan oleh manusia, tapi juga hewan dan tumbuhan-maka, kembalikan segala
sesuatu kepada penciptanya. Pencipta manusia, jagat raya dan isinya. Allah SWT.
Oleh Karena itu, maka terapkan system yang telah ditetapkan oleh Pencipta
manusia.
Jadi……..aku,
kamu dan kalian semua harus bilang “WOW. We need Khilafah.” Tapi, jangan hanya
bilang. Buktikan dan lakukan!
0 komentar:
Posting Komentar